Wednesday, June 1, 2011

perkasakan akhlak islamiah

AKHLAK

Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).

Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu".

Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah”

Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".

ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian…”, dan lain-lain.
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.

RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya).
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan:“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain Anas memuji beliau shalallahu ‘alahi wasallam : “Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma disebutkan :
“Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”

KEUTAMAAN AKHLAK
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq).
Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).
Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam : “ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :“Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).
Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.

Tuesday, May 31, 2011

sunnah bersiwak


Islam memberikan sanjungan tinggi terhadap kebersihan, malah diangkat di kedudukan istimewa sehingga Nabi Muhammad s.a.w pernah menegaskan sebagai sebahagian daripada iman. Kebersihan dilihat melalui ibadat rutin harian seorang muslim yang bertitik tolak daripada amalan menyucikan diri melalui wuduk, kebersihan pakaian dan tempat ibadat. Nabi s.a.w menunjukkan isyarat penjagaan kebersihan merangkumi semua bidang, bermula dari tubuh badan baik rohani atau jasmani, sehingga pakaian, kediaman dan persekitaran, harus dipastikan bersih. Anggota luaran lebih-lebih lagi perlu diberikan perhatian dan dandanan kerana ia membentuk personaliti diri seseorang selain mengelak penyakit.

Saidatina Aishah r.a berkata yang bermaksud:

"Sepuluh perkara dikira sebagai fitrah (sunnah); memotong misai, memelihara janggut, bersugi, memasukkan air ke hidung, memotong kuku, membasuh sendi-sendi, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu ari-ari, bersuci dengan air (beristinja)."

(Hadis riwayat Muslim)

Antara yang diberikan penekanan ialah kebersihan mulut dan gigi, kerana Rasulullah s.a.w ada menyatakan dalam sabda bermaksud:

"Jika tidak menyusahkan ke atas umatku, aku ingin menyuruh mereka melambatkan solat Isyak dan bersugi (menggosok) gigi setiap kali mereka hendak melakukan solat."

(Hadis riwayat Muslim)

Membersihkan mulut dan gigi atau bersugi, dalam bahasa Arabnya disebut siwak, sangatlah dianjurkan Islam, bahkan baginda menyatakan:

"Bersiwak itu menyucikan mulut, diredai Tuhan dan dibenci syaitan."

Siwak merujuk kepada dua pengertian iaitu perbuatan menggosok gigi dan membersihkan mulut serta alat atau kayu yang digunakan untuk menggosok gigi, dipanggil kayu siwak. Nabi s.a.w sendiri dilaporkan membersihkan gigi, paling kurang dua kali sehari. Imam Bukhari meriwayatkan daripada Abdullah bin Omar:

"Nabi bersiwak (menggosok gigi) pada permulaan siang dan akhirnya."

Namun, kebiasaannya Nabi s.a.w menggosok gigi berulang kali setiap hari. Sehubungan dengan ini, Amir bin Rabiah melaporkan:

"Aku melihat nabi menggosok gigi (berulang-ulang kali) sehingga aku tidak mampu menghitung jumlahnya ketika baginda berpuasa."
(Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi)

Ulama terkenal Arab Saudi, Syeikh M S Al-Munajjid, berkata Imam Nawawi dilaporkan ada menyatakan ulama bersependapat penggunaan siwak adalah satu sunnah. Menurutnya, satu lagi daripada bukti yang menunjukkan pentingnya amalan itu apabila sesetengah ulama salaf (silam) seperti Ishaq ibn Rahawayh, berpendapat ia kewajipan.

Siwak menurut kesepakatan ulama yang paling baik dengan ranting pokok arak, kerana baunya harum, malah seratnya sangat berkesan membersihkan sisa makanan di celah gigi. Jika ranting pokok arak tidak diperoleh, tangkai daun pokok palma atau ranting pokok zaitun boleh digunakan. Jika bahan itu tidak diperoleh, mana-mana bentuk kayu yang baik untuk membersihkan dan tidak mencederakan gigi boleh digunakan untuk membersihkan mulut. Ini termasuklah penggunaan berus gigi moden.

Pembersihan gigi dan mulut menggunakan kayu atau ranting dari pohon arak (salvadora persica) berlaku sejak berkurun yang lalu, kerana ia kaya dengan serat dan khasiat bagi kesihatan mulut dan gigi. Justeru itu, Pertubuhan Kesihatan Dunia (WHO) dilaporkan mempromosikannya bagi kegunaan pembersihan mulut. Kajian mendapati kayu sugi daripada pohon arak mempunyai kelebihan secara semula jadi. Penyelidikan Dr Otaybi dari Arab Saudimembuka era baru terhadap kajian kayu terbabit, apabila menemui kesan sangat positif terhadap sistem kekebalan badan. Malah, penyelidik lain mendapati ia mempunyai kesan baik bagi kesihatan terutama dalam proses antiketagihan perokok, sama ada untuk tujuan penyembuhan atau pencegahan, selain bahan antiseptik, astringen, pencuci dan dan fluorida (bahan penghalang kerosakan dan kereputan gigi).

Amalan membersihkan mulut dan gigi menurut ulama sangat dituntut. Waktu melakukan siwak, iaitu:

1. Ketika mahu berwuduk dan mengerjakan solat.

2. Apabila memasuki rumah dan bersama keluarga. Aishah ketika ditanya tindakan pertama dilakukan Nabi s.a.w apabila tiba di rumah, beliau berkata:

"Apabila baginda memasuki rumah, perkara pertama yang baginda lakukan ialah siwak."
(Hadis riwayat Muslim)

3. Apabila bangun dari tidur.

Huzaifah ibn Al-Yaman r.a menyatakan apabila Nabi s.a.w bangun pada waktu malam, baginda membersihkan mulut dengan siwak secara sempurna.
(Hadis riwayat Al-Bukhari)

4. Apabila bau mulut seseorang berubah, sama ada disebabkan makan makanan yang berbau atau tidak makan dan minum dalam tempoh yang lama.

5. Ketika ke masjid. Penggunaan siwak sebahagian daripada dandanan yang sangat digalakkan bagi muslim pada setiap kali mendirikan solat. Ini sesuai dengan firman Allah dalam ayat 31, dari surah Al-A'raf, maksudnya:

"Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaian kamu yang indah berhias pada tiap-tiap kali kamu ke tempat ibadat (sembahyang)."

6. Apabila membaca al-Quran dan mengikuti majlis tertentu khususnya majlis mengingati Allah.

Ulama bersependapat tiada salahnya menggunakan siwak pada siang hari apabila seseorang itu berpuasa, cuma mereka berbeza pada waktu tengah hari, dengan sesetengahnya mengatakan makruh. Di kalangan ulama juga ada perbezaan pendapat mengenai penggunaan tangan untuk bersiwak. Satu pendapat, iaitu majoriti ulama berpendapat lebih baik melakukannya dengan tangan kanan. Ini sesuai dengan hadis Aisyah r.a yang menyatakan:

"Nabi s.a.w gemar memulakan dengan yang kanan apabila memakai kasut, turun (dari untanya), apabila membersihkan diri dan dalam semua perkara."

Mereka juga menyatakan siwak adalah satu perkara daripada ibadat yang mendekatkan seseorang terhadap Allah, jadi tidak sepatutnya dilakukan dengan tangan kiri. Ulama lain berpendapat ia baik dilakukan dengan tangan kiri. Pendapat ini dikatakan daripada mazhab Imam Ahmad dan pandangan ini disokong Syeikh Al-Islam Ibn Taimiyah. Sesetengah ulama berpendapat, apabila seseorang menggunakan siwak dengan niat mengikuti sunnah, dia sepatutnya melakukan dengan tangan kanan dan jika untuk menghilangkan kekotoran, sepatutnya dengan tangan kiri.

Berdasarkan isyarat daripada al-Quran dan penegasan Nabi s.a.w, ditambah dengan perbincangan ulama dan kajian pakar perubatan jelas menunjukkan persoalan ini bukan lagi sesuatu yang boleh dipandang ringan.


- Artikel iluvislam.com

Sunday, May 15, 2011

15 MEI : Memperingati Ulangtahun Nakbah ke 63.


Bulan Mei 2011 ini genaplah ulangtahun peristiwa Nakbah yang ke 63. Peristiwa Nakbah secara rasminya diingati pada 15 Mei setiap tahun. Ia merujuk kepada pengistiharan Negara haram Israel pada 15 Mei dan disambut di Israel sebagai ‘Hari Kemerdekaan’ Israel setelah mereka memenangi peperangan yang mereka dakwa sebagai ‘The War of Independence’(Peperangan bagi memperoleh kemerdekaan) sedangkan hakikatnya ialah mereka merampas negara Palestin dengan mengusir penduduk Arab dari tanah air mereka. Akibat dari aksi-aksi terror oleh gerombolan bersenjata Yahudi zionis, 800,000 rakyat Palestin terpaksa menyelamatkan diri dengan meninggalkan kampong halaman dan berlindung di Syria, Lubnan, Tebing Barat, Jordan dan Semenanjung Gaza.

Kini setelah enam puluh tiga tahun penderitaan itu kini diwarisi oleh tidak kurang dari 5 juta pelarian yang sebahagian besarnya merupakan generasi kedua dan ketiga yang tidak pernah menjejakkan kaki di tanah air mereka. Ini bererti mereka telah menunggu selama enam puluh tiga tahun untuk pulang ke Palestin. Jika Nelson Mandela diraikan sebagai pahlawan kemanusiaan terulung kerana sanggup dipenjarakan selama 30 tahun demi membebaskan bangsa kulit hitam Afrika Selatan dari sistem Apatheid, maka rakyat Palestin yang menghuni kem-kem pelarian sejak enam puluh tiga tahun lalu lebih wajar dinobatkan sebagai pahlawan hak asasi yang tidak pernah mengenal erti putus asa.

Walaubagaimanapun ulang tahun Nakbah pada tahun ini memberikan harapan baru kepada rakyat Palestin. Ini adalah kerana pandangan umum masyarakat antarabangsa terhadap Israel sudah berubah. Jika sebelum ini rata-rata masyarakat antarabangsa mempertahankan apa juga tindakan biadap Israel termasuk melakukan serangan dan membunuh rakyat Palestin, kini Israel berhadapan dengan cemuhan dan bantahan rakyat awam dan pemimpin dunia. Bahkan senario pasca Israel mula dibahas oleh penganalisis konflik Palestin-Israel atas unjuran entiti Israel bakal lenyap dari lanskap politik timur tengah. Jika dahulu rakyat Palestin dilihat sebagai pengganas dan musuh kepada proses damai dan ancaman kepada keamanan di timur tengah, kini Israel yang digelar sebagai rogue state atau negara penyangak. Situasi yang digambarkan oleh guru Sejarah Barat terunggul Arnold Toynbee mungkin tidak lagi benar.

“Benar dan salah di Palestin adalah sama sebagaimana di tempat-tempat lain. Masaalahnya, dunia memilih untuk mendengar pihak yang melakukan kezaliman (Israel) dan memilih untuk memekakkan telinga dari mendengar dari pihak mangsa (rakyat Palestin)”

Dunia kini mula memberi ruang kepada rakyat Palestin untuk menyuarakan hak mereka. Perkembangan terkini yang melanda dunia Arab memberi ruang yang amat luas untuk rakyat Arab yang selama ini dipenjara oleh rejim-rejim kukubesi di negara masing-masing untuk menyatakan sokongan terbuka mereka ke atas perjuangan rakyat Palestin. Mereka bukan sahaja bebas menyatakan sokongan bahkan mereka bebas bertindak membantu rakyat Palestin dan mengeluarkan mereka dari penghinaan yang ditimpakan selama ini oleh rejim Zionis yang dilindungi oleh pemimpin-pemimpin Arab. Senario ini amat berbeza apabila Israel melancarkan serangan biadap ke atas Gaza pada penghujung bulan Disember 2008 dan berakhir pada 23 Januari 2009. Gaza yang dikepung dan dikenakan sekatan ekonomi komprehensif bertukar menjadi lapangan sasar untuk membunuh rakyat awam yang tidak bersenjata. seluruh dunia amat terkejut dan bangkit membuat bantahan yang terbesar pernah disaksikan.

Protes besar-besaran yang dianjurkan di seluruh dunia terutama di kotaraya Eropah dan Amerika Syarikat telah mencetuskan usaha tersusun untuk membantu rakyat Palestin. Seruan untuk memulau dan memboikot Israel diterajui di peringkat global. NGO yang memperjuangkan hak rakyat Palestin mula membentuk jalinan dan mengkoordinasi bantuan di peringkat antarabangsa. Kerjasama ini akhirnya membuahkan tekad untuk memecahkan tembok kepungan Gaza melalui melalui misi-misi kemanusiaan. Kemuncak kepada inisiatif misi kemanusiaan ini ialah Freedom Flotilla yang berakhir dengan tragedi Mavi Marmara di perairan antarabangsa. Sekali lagi Israel bertindak biadap dengan membelakangkan undang-undang antarabangsa dengan menyerang kapal Mavi Marmara yang tidak bersenjata dan mengakibatkan 9 orang sukarelawan Turki terbunuh. Rakyat Malaysia turut terkesan dengan tragedi ini kerana Freedom Flotilla turut disertai oleh 12 warga Malaysia termasuk dua dari Aqsa Syarif. Serangan biadap yang jelas merupakan satu pelanggaran undang-undang maritim antarabangsa telah mendapat bantahan dan kutukan dari masyarakat sivil terutama dari negara-negara Barat. Komuniti antarabangsa yang semakin simpati dengan nasib rakyat Palestin terus menyusun inisiatif bantuan kemanusiaan sehingga dilancarkan pula misi Konvoi Darat (Viva Palestina 5) yang melibatkan lebih dari 200 ambulan dan kenderaan pelbagai guna yang memulakan perjalanan dari London menuju Gaza. Konvoi darat ini juga turut disertai oleh 12 orang sukarelawan Malaysia, di mana 7 mewakili Aqsa Syarif dan 5 dari Viva Palestina Malaysia.

Berbanding siri bantahan yang dianjurkan di negara-negara barat menyokong rakyat palestin dari tahun 2009 hingga 2011, negara-negara Arab terus membisu dan menunjukkan sikap dingin terhadap perjuangan rakyat Palestin. Apabila bantuan datang dari segenap pelosok dunia untuk membantu rakyat Gaza, Mesir terus menutup sempadan masuk ke Gaza dan menghalang bantuan dari menyeberang masuk ke Gaza. Rejim Hosni Mubarak tidak mempedulikan rayuan masyarakat antarabangsa supaya sempadan dibuka dan bantuan segera diberikan kepada penduduk Gaza. Sebenarnya Hosni Mubarak bersekongkol dengan rejim Zionis Israel dan mengikut sahaja telunjuk Amerika Syarikat dan Eropah yang ingin memastikan Gaza terus dijkepung. Bagi Hosni Mubarak, keselamatan Israel paling utama dan pengaruh HAMAS perlu dibanteras. Jika sekatan dilonggarkan kedudukan Israel akan tergugat. Senario ini pastinya akan menggoyahkan kedudukan rejim Mubarak. Lantaran itu Hosni Mubarak terus mengambil sikap tidak berperikemanusiaan terhadap rakyat Palestin dan membiarkan mereka berhadapan dengan krisis kemanusiaan yang terburuk di abad ini. Bukan sahaja Mesir, bahkan seluruh Negara-negara Arab termasuk Jordan, Arab Saudi, dan Negara-negara Teluk terus berdiam diri meskipun mereka boleh menggerakkan pelbagai inisiatif dan sumber untuk membebaskan rakyat Palestin dari kepungan dan kezaliman rejim Zionis. Hakikatnya mereka adalah khadam yang berkhidmat kepada Israel. Mereka diupah oleh Amerika untuk memastikan keselamatan Israel terus terpelihara dari ancaman rakyat Arab.

Angin perubahan mula bertiup pada awal tahun 2011. Satu demi satu rejim Arab bermula dengan Tunisia ditumbangkan oleh rakyatnya sendiri. Revolusi ‘Jasmine’ telah menumbangkan rejim kuku besi Ben Ali di Tunisia. Rakyat Mesir yang mendapat inspirasi dari kebangkitan di Tunisia kemudiannya menumbangkan pula rejim Hosni Mubarak. Kini Libya pula dicengkam oleh pergelutan di antara rakyat dan rejim Muamar Gadafi dan bakal menyaksikan satu lagi negara despot Arab ditumbangkan. Beberapa riak kebangkitan rakyat juga sedang berlaku di Syria, Jordan dan Bahrain. Kebangkitan rakyat Negara-negara Arab ini telah membebaskan rakyat dari cengkaman pemerintahan kuku besi diktator Arab dan yang lebih penting lagi memerdekakan mereka dari penghinaan yang ditimpakan oleh rejim-rejim Arab yang melindungi Israel. Selama berpuluh tahun rakyat Arab dan umat Islam dihina oleh pemimpin mereka. Kini mereka mula menghirup udara kebebasan untuk menebus maruah yang tercalar di tanah air mereka dan juga di bumi Palestin.

Sesungguhnya angin perubahan yang berlaku di timur tengah adalah berita paling baik bagi rakyat Palestin sejak 63 tahun tragedi Nakbah. Bahkan ia adalah berita terbaik sejak hampir seratus tahun yang lalu apabila Palestin digadai oleh perutusan rahsia yang terkandung dalam Hussein McMahon Correspondents (1915), konspirasi jahat British dan Peranchis dalam perjanjian rahsia Sykes-Picot (1916) dan di Parlimen British dengan sehelai dokumen keparat bernama Deklarasi Balfour (1917). Siri-siri pengkhianatan dan siasat keji di antara pemimpin Arab yang berkepentingan dan kuasa barat seperti yang diputuskan oleh PBB lewat UNSCOP dan Partition Plan dan resolusi 181 telah memberi lesen kepada zionis untuk merancang siri-siri keganasan ke atas rakyat Palestin yang mencetuskan tragedi Nakbah.

Ketika rencana ini ditulis, Menteri Luar Mesir mengumumkan sempadan Rafah ke Gaza akan dibuka dalam masa yang terdekat dan ia akan terus dibuka bagi menamatkan kepungan israel ke atas Gaza yang sudah melewati lima tahun sejak 2006. Ini disusuli pula dengan persetujuan HAMAS dan FATAH untuk membentuk kerajaan perpaduan sebagai landasan penyatuan rakyat Palestin di dalam membebaskan Palestin dari pendudukan Zionis.


[sumber]