Monday, November 30, 2009

Luqman

"Sesungguhnya Kami telah memberi Luqman hikmah, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah. Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji."

Para ulama salaf berikhtilaf mengenai Luqman: apakah dia seorang nabi atau hamba Allah yang saleh tanpa menerima kenabian? Mengenai hal ini ada dua pendapat. Mayoritas ulama berpendapat bahwa dia adalah hamba Allah yang saleh tanpa menerima kenabian. Menurut Ibnu Abbas, Luqman adalah seorang hamba berkebangsaan Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Sementara Jabir bin Abdillah mengidentifikasikan Luqman sebagai orang bertubuh pendek dan berhidung pesek. Sedangkan Said bin Musayyab mengatakan bahwa Luqman berasal dari kota Sudan, memiliki kekuatan, dan mendapat hikmah dari Allah, namun dia tidak menerima kenabian.

Selanjutnya, Ibnu Jarir berpendapat bahwa Luqman adalah seorang hamba sahaya berbangsa Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Suatu kali, majikannya berkata kepada Luqman, "Sembelihkan domba ini untuk kami." Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata, "Ambillah bagian dagingnya yang terbaik." Lalu Luqman mengambil lidah dan hati domba. Si Majikan diam selama beberapa saat, lalu berkata, "Sembelihkan domba yang ini untuk kami." Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata, "Ambillah bagian dagingnya yang terburuk." Lalu Luqman mengambil lidah dan hati domba. Kemudian si majikan berkata, "Aku menyuruhmu mengambil dua bagian daging domba yang terbaik, lalu kamu melaksanakannya dan akupun menyuruhmu mengeluarkan bagian domba yang terburuk, lalu kamu mengambil daging yang sama." Luqman berkata, "Sesunguhnya tiada perkara yang lebih baik daripada lidah dan hati jika keduanya baik dan tiada perkara yang lebih buruk daripada lidah dan hati jika keduanya buruk."

Suatu kali dia didatangi seseornag, lalu bertanya, "Apa yang dapat mengantarkanmu kepada kebajikan dalam bertutur?" Luqman menjawab, :Berkata jujur dan tidak mengatakan hal yang tidak penting."

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa Luqman adalah seorang hamba yang menjadi sahaya, dan kesahayaan menghambatnya untuk menjadi nabi, sebab para rasul yang diutus itu berasal dari kalangan keluarga terpandang diantara kaumnya. Karena itu mayoritas ulama salaf memandang Luqman bukan sebagai nabi.

Luqman pun pernah ditanya ihwal prestasi yang dicapainya. Dia menjawab. "Hai anak saudaraku, jika engkau menyimak apa yang aku katakan kepadamu, kamupun akan berprestasi seperti aku." Lalu Luqman berkata, "Aku menjaga mengontrol pandanganku, mejaga lidahku, menjaga kesucian makananku, memelihara kemaluanku, berkata jujur, memenuhi janjiku, menghormati tamuku, memelihara hubungan baik dengan tetanggaku, dan meninggalkan perkara yang tidak penting. Itulah yang membuat diriku seperti yang kamu lihat."

Firman Allah Ta'al, "Sesungguhnya Kami telah memberi Luqman hikmah, " yaitu pemahaman, ilmu, tuturan yang baik, dan pemahaman Islam, walaupun dia bukan nabi dan tidak menerima wahyu. "Yaitu, Bersyukurlah kepada Allah." Yakni, Kami menyuruhnya bersyukur kepada Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung atas karunia yang telah diberikan secara khusus kepadanya, tidak diberikan kepada manusia sejenis yang hidup pada masa itu.

Kemudian Allah berfirman, "Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri." Sesungguhnya manfaat bersyukur itu berpulang kepada orang-orang yang bersyukur itu sendiri, karena Allah berfirman, 'Dan barangsiapa yang ingkar maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji." Dia tidak membutuhkan hamba dan Dia tidak mendapat mudarat jika seluruh penduduk bumi ingkar, sebab Dia tidak membutuhkan perkara selain-Nya. Karena itu, tidak ada tuhan melainkan Allah dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya.


_____________________________________________

Renungan bersama:








Wednesday, November 25, 2009

Puasa Sunat 9 Zulhijjah dan Kelebihannya

dipetik daripada :http://tksabriina.blogspot.com/2008/12/puasa-sunat-9-zulhijjah-dan.html

Semoga Mendapat Manfaat Bersama...

Puasa sunat 9 Zulhijjah dikenali dengan nama puasa hari Arafah iaitu puasa yang disunatkan kepada orang-orang yang tidak melakukan ibadat haji.

Kelebihan berpuasa pada hari itu menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lalu dan dosa setahun yang akan datang sebagaimana diriwayatkan daripada Abu Qatadah Al-Anshari berkata:
Maksudnya: "Dan ditanya (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam) tentang berpuasa di hari Arafah? Maka Baginda bersabda: "Ia menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang."(Hadits riwayat Muslim)

Disunatkan juga berpuasa pada hari ke 8 Zulhijjah di samping berpuasa pada hari Arafah (9 Zulhijjah) sebagai langkah berhati-hati yang mana kemungkinan pada hari ke 8 Zulhijjah itu adalah hari yang ke 9 Zulhijjah (Hari Arafah). Bahkan adalah disunatkan berpuasa lapan hari iaitu dari hari yang pertama bulan Zulhijjah hingga ke hari yang ke lapan sama ada bagi orang yang mengerjakan haji atau tidak mengerjakan haji, bersama-sama dengan hari Arafah berdasarkan hadits yang diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, daripada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Maksudnya: "Tidak ada hari-hari yang lebih dicintai oleh Allah untuk dilakukan ibadah kepadaNya daripada sepuluh hari di bulan Zulhijjah, dimana satu hari berpuasa daripadanya (sebanding) dengan puasa satu tahun dan mendirikan ibadah satu malam daripadanya (sebanding) dengan mendirikan ibadah pada lailatulqadar." (Hadits riwayat Tirmidzi)
Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan daripada Hunaidah bin Khalid, daripada isterinya, daripada setengah isteri-isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
Maksudnya: "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah melakukan puasa sembilan hari di awal bulan Zulhijjah, di hari ‘Asyura’ dan tiga hari di setiap bulan iaitu hari Isnin yang pertama dan dua hari Khamis yang berikutnya."(Hadits riwayat An-Nasa’i)
Wallahua'lam.

Ayuh puasa sunat esok..:)..

Thursday, November 19, 2009

SYAHID SELEPAS MENGUCAPKAN SYAHADAH

Suatu ketika tatkala Rasulullah S.A.W sedang bersiap di medan perang Uhud, tiba-tiba terjadi hal yang tidak terduga. Seorang lelaki yang bernama Amar bin Thabit telah datang menemui baginda. Dia rupanya ingin masuk Islam dan akan ikut perang bersama Rasulullah S.A.W. Amar ini berasal dari Bani Asyahali. Sekalian kaumnya ketika itu sudah Islam setelah tokoh yang terkenal Saad bin Muaz memeluk Islam. Tetapi Amar ini enggan mengikut kaumnya yang ramai itu. Keangkuhan jahiliyyah menonjol dalam jiwanya, walaupun dia orang baik dalam pergaulan. Waktu kaumnya menyerunya kepada Islam, ia menjawab, "Kalau aku tahu kebenaran yang aku kemukakan itu sudah pasti aku tidak akan mengikutnya." Demikian angkuhnya Amar.

Kaum Muslimin di Madinah pun mengetahui bagaimana keanehan Amar di tengah-tengah kaumnya yang sudah memeluk Islam. Ia terasing sendirian, hatinay sudah tertutup untuk menerima cahaya Islam yang terang benderang. Kini dalam saat orang bersiap-siap akan maju ke medan perang, dia segera menemui Nabi S.A.W, menyatakan dirinya akan masuk Islam malah akan ikut berperang bersama angkatan perang di bawah pimpinan Nabi S.A.W. Pedangnya yang tajam ikut dibawanya.
Nabi S.A.W menyambut kedatangan Amar dengan sangat gembira., tambah pula rela akan maju bersama Nabi Muhammad S.A.W. Tetapi orang ramai tidak mengetahui peristiwa aneh ini, kerana masing-masing sibuk menyiapkan bekalan peperangan. Di kalangan kaumnya juga tidak ramai mengetahui keIslamannya. Bagaimana Amar maju sebagai mujahid di medan peperangan. Dalam perang Uhud yang hebat itu Amar memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa. Malah berkali-kali pedang musuh mengenai dirinya, tidak dipedulikannya. Bahkan dia terus maju sampai saatnya dia jatuh pengsan.

"Untuk apa ikut ke mari ya Amar !" Demikian tanya orang yang heran melihatnya, sebab sangka mereka dia masih musyrik. Mereka kira Amar ini masih belum Islam lalau mengikut saja pada orang ramai. Dalam keadaan antara hidup dan mati itu Amar lalu berkata, "Aku sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu aku siapkan pedangku dan maju ke medan perang. Allah akan memberikan syahidah padaku dalam waktu yang tidak lama lagi."
Amar meninggal. Rohnya mengadap ke hadrat Illahi sebagai pahlawan syahid. Waktu hal ini diketahui Rasul S.A.W, maka baginda pun bersabda,, "Amar itu nanti akan berada dalam syurga nantinya." Dan kaum Muslimin pun mengetahui akhir hayat Amar dengan penuh takjub, sebab di luar dugaan mereka. Malah Abu Hurairah r.a sahabat yang banyak mengetahui hadith Nabi S.A.W berkata kaum Muslimin, "Cuba kamu kemukakan kepadaku seorang yang masuk syurga sedang dia tidak pernah bersyarat sekalipun juga terhadap Allah."

"Jika kamu tidak tahu orangnya." Kata Abu Hurairah r.a lagi, lalu ia pun menyambung, ujarnya, "Maka baiklah aku beritahukan, itulah dia Amar bin Thabit."
Demikianlah kisah seorang yang ajaib, masuk syurga demikian indahnya. Ia tidak pernah solat, puasa dan lain-lainnya seperti para sahabat yang lain, sebab dia belum memeluk Islam. Tiba-tiba melihat persiapan yang hebat itu, hatinya tergerak memeluk Islam sehingga ia menemui Nabi S.A.W . Ia menjadi Muslim, lalu maju ke medan perang, sebagai mujahid yang berani. Akhirnya tewas dia dengan mendapat syahadah iaitu pengakuan sebagai orang yang syahid. Mati membela agama Allah di medan perang. Maka syurgalah tempat bagi orang yang memiliki julukan syahid. Nabi S.A.W menjamin syurga bagi orang seperti Amar ini.

Sunday, November 15, 2009

Janganlah Berkata Buruk dan Maafkanlah, Sekalipun Kamu Dianiaya

Janganlah Berkata Buruk dan Maafkanlah, Sekalipun Kamu Dianiaya

Allah berfirman : "Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (An-Nisa' 4:148)

Tafsiran Ulama' Salaf berkenaan ayat ini:
Ibnu Abi Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat ini, ia berkata: "Allah tidak menyukai seseorang mendo'kan keburukan bagi orang lain, kecuali bila ia dizalimi. Kerana Allah swt telah memberikan keringanan pada nya untuk mendoakan keburukan bagi orang lain yang yang menzaliminya. Dan bila bersabar, itu lebih baik baginya"(Ath-Thabari (IX/344)

Rasulullah saw bersabda: "Tidak akan berkurang harta kerana sedekah, dan Allah tidaklah menambahkan kepada seorang hamba yang memberi maaf, kecuali kemuliaan. Dan barangsiapa yang merendahkan diri kepada Allah swt, nescaya Allah akan mengangkatnya" (HR Muslim (IV/2001) Muslim no 2588)

sumber
http://asyrafdinie.blogspot.com/